Dimulai presentasi di depan dosen penguji, masing-masing kelompok menunjukkan prototipe produk, presentasi sampai uji coba. Karya mahasiswa di antaranya kotak pengering pakaian, sendok selai, kotak obat untuk tunanetra, box barang kiriman anti maling, gelas minum dengan kompartemen es, kursi kelas disertai meja yang bisa diganti posisi, dan lain-lain.
Obstick, satu diantara produk karya mahasiswa yang mencuri perhatian. Tongkat tunanetra ini punya teknologi sensor benda apapun dengan jarak 1, 5 meter. Jadi dinilai memberi rasa aman penggunanya.
“Jadi kalau pemakai tongkat ini mendekati jarak 1, 5 meter dengan obyek dari sisi kiri-kanan-depan, sensor akan menghasilkan vibrasi, ” ujar Safira, anggota tim Obstick. Produk ini lahir dari latar belakang masalah klasik tunanetra, yang belum bisa menemukan produk tongkat sensor dengan harga terjangkau.
Menurut Gunawan Setia Prihandana, Ph.D Dosen Prodi Teknik Industri, sebelum produk itu lahir, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk merancang produk lewat proposal. Ide apa yang dibuat mahasiswa yang dikuatkan dari latar belakang di lingkungan masyarakat. Mahasiswa mengajukan proposal di awal semester 5.
“Proposal itu juga harus memuat solusi dari produk yang dihasilkan, ” jelas Gunawan, Selasa (27/12'2022).
Lanjut Gunawan, tiap hasil produk juga memiliki aspek bisnis model, keuntungan, menarik bagi investor, sampai punya potensi rintisan bisnis.
Sampai akhir masa perhitungan suara penentuan pemenang via barcode, obstick terpilih sebagai produk terbaik, meraih total suara 21, 2 persen, disusul smart dying 11, 7 persen, dan bathies perlengkapan mandi 10 persen. (*)
Penulis: Andri Hariyanto